Kemenag Mesuji Gelar Pembinaan Da’i Da’iyah 2025: Teguhkan Peran Dakwah Moderat Menenangkan Umat

Mesuji (Humas) – Kantor Kementerian Agama Kabupaten Mesuji melalui Seksi Bimas Islam menggelar kegiatan Pembinaan Da’i Da’iyah Tahun 2025 dengan mengusung tema “Mewujudkan Da’i Moderat yang Menenangkan Umat”. Kegiatan ini berlangsung di Aula PLHUT Kemenag Mesuji, Rabu (07/05/2025), dan dihadiri oleh sejumlah tokoh agama, pejabat internal Kemenag, serta perwakilan ormas keagamaan di Kabupaten Mesuji.

Kegiatan secara resmi dibuka oleh Kepala Kantor Kemenag Mesuji, Johan Yusuf, yang hadir didampingi oleh Kasubbag TU Ma’ruf, Kasi Bimas Islam Darul Alipi, serta para Kepala Seksi lainnya. Turut hadir sebagai narasumber dalam kegiatan ini adalah M. Asmawi, bersama Kepala KUA se-Kabupaten Mesuji, pimpinan ormas Islam seperti Muhammadiyah, NU, LDII, MTA, Pokjaluh, serta Ketua PD IPARI Kabupaten Mesuji.

Acara diawali dengan penyampaian laporan oleh Ketua Panitia, Mukti Sasongko. Dalam laporannya, Mukti menyampaikan bahwa kegiatan ini bertujuan memperkuat kapasitas dan peran para da’i dalam menyampaikan pesan keagamaan yang damai, sejuk, dan inklusif kepada masyarakat, khususnya dalam menghadapi tantangan dakwah di era globalisasi dan digitalisasi.

Kepala Kemenag Mesuji, Johan Yusuf, dalam arahannya menegaskan pentingnya strategi berdakwah yang tepat dan menyentuh kebutuhan masyarakat. Ia menyampaikan bahwa peran da’i dan da’iyah sangat dibutuhkan untuk membimbing masyarakat, terutama umat Islam di lingkungan sekitar, dalam memahami ajaran agama yang lurus, damai, dan penuh toleransi.

Ia juga mengimbau agar para da’i menyampaikan pesan-pesan keagamaan melalui berbagai forum, baik formal seperti organisasi keislaman maupun nonformal seperti pengajian  dan kelompok masyarakat. Menurutnya, seorang da’i harus mampu merespons dinamika sosial, termasuk problematika ekonomi umat, dengan pendekatan keagamaan yang menenangkan dan memberi harapan.

Lebih lanjut, Johan Yusuf menyampaikan tiga hal penting dalam menghadapi tantangan dakwah masa kini. Pertama, para da’i harus memiliki keikhlasan dalam menjalankan tugas dakwah. Kedua, memiliki kompetensi menyampaikan pesan Al-Qur’an dan hadis secara benar, serta ketiga, menggunakan media sosial secara bijak sebagai sarana dakwah modern, baik melalui tulisan, rekaman suara, maupun video.

Ia mengingatkan agar dalam berdakwah, para da’i tidak menyampaikan materi yang mengandung ujaran kebencian atau provokasi yang berpotensi memecah belah umat, khususnya antarorganisasi keagamaan. Sebaliknya, dakwah harus menjadi sarana memperkuat persatuan dan kerukunan antarumat beragama.

Di akhir sambutannya, Johan Yusuf menekankan bahwa moderasi beragama merupakan konsep strategis Kementerian Agama dalam menyatukan pandangan umat menuju kebaikan. “Moderasi beragama bukan sekadar jargon, tetapi pedoman yang harus dijalankan dalam setiap gerakan dakwah, agar umat tidak hanya tercerahkan secara spiritual tetapi juga secara sosial,” tutupnya.

Dengan kegiatan ini, Kemenag Mesuji berharap dapat memperkuat barisan para da’i dan da’iyah yang berwawasan moderat, inklusif, dan responsif terhadap tantangan zaman, demi menciptakan kehidupan keagamaan yang damai dan harmonis di tengah masyarakat. (ba/m)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *